Nonton konser atau kontes foto?



Tanpa disadari, ada perubahan perilaku penonton saat menonton konser di Indonesia seiring berkembangnya teknologi. Maksudnya pas live concert, kalo dulu para penonton sampe ribut gara2 rebutan tempat buat joget atau lompat-lompat ngikutin musik, namun sekarang berbeda. Sekarang, para penonton pada rebutan tempat paling dekat dengan stage biar bisa motret artisnya, pada lomba bagus-bagusan gadget, sok jd kameramen semua. Kalian mau nonton konser apa mau kontes fotografi? Mau nikmatin musik apa mau bagus-bagusan foto? Apalagi kalian yang datang ke konser bawa DSLR dengan lensa-lensa besar kalian. Kalian mengganggu penonton lain yang benar-benar ingin menikmati konser musik. Mereka datang ke konser, karena mereka ingin melihat pertunjukan atau permainan musisi kesayangan mereka secara langsung dengan mata mereka. Dengan banyaknya para "Fotografer" konser ini, hal-hal tersebut jadi tidak terpenuhi kembali. Pandangan ke artis terhalang alat-alat kalian, penonton jadi gak bisa nyanyi bareng artisnya juga. Artisnya juga jadi kecewa, yg diharapkannya penonton bisa terbawa suasana meriahnya konser, bukannya sibuk dgn alat-alatnya masing-masing. Jadi sebisa mungkin, stop lah mengambil gambar di area konser. Cukup mata kalian saja yang mengabadikan momen musik itu dan disimpan dalam memori otak kalian.





Ranu Tompe & Ranu Kuning?

Ranu Tompe (Sumber: http://www.belantaraindonesia.org)


Di postingan sebelumnya, aku membahas mengenai perjalananku ke Ranu Kumbolo pada bulan Agustus lalu. Dan beberapa waktu yang lalu ada media elektronik yang memuat berita yang berjudul "Ranu Tompe, danau yang tak terjamah di kaki gunung Semeru" . Setelah melihat berita ini, aku langsung teringat bagian dari perjalananku ke Ranu Kumbolo. Aku sempat bertemu dgn penduduk "terdekat" di kawasan tersebut. "terdekat" karna mereka mengatakan ada desa yg sebenarnya berada di dekat Ranu Kumbolo. Mereka bercerita bahwa desa mereka ada di sekitar Ranu Kuning. Alhasil beberapa pendaki kaget mendengar ada Ranu Kuning. Ranu Kuning seperti semacam disembunyikan dari pendaki, mereka cuma bilang kalo sebenernya Ranu Kuning ada di dekat Kalimati. Memang saya sempat kaget ketika shubuh sudah ada penduduk lokal turun dari Tanjakan Cinta tanpa membawa peralatan mendaki.Di tengah hutan gunung Semeru ada sebuah desa yg sangat pelosok, itu sepertinya "The Real" Suku Tengger. 


Tidak hanya itu saja, salah satu penduduk tersebut berkata bahwa selain Ranu Kuning yang ada di dekat desa mereka, sebenarnya ada satu danau lagi yang tidak mereka namai karena danaunya kecil dan mereka sendiri pun jarang sekali menjamah danau tersebut karena tempatnya sangat sulit untuk diakses. Dan isu terbaru, telah ditemukan Ranu Tompe, sarangnya macan. Ya mungkin danau kecil yang dimaksud salah satu penduduk ini adalah Ranu Tompe. Dianggap sebagai sarang macan karena disana, pada beberapa batang pohon ditemukan bekas cakaran macan yang notabene itu adalah tanda daerah kekuasaan seekor macan. Selain itu, cerita yang beredar diantara para pendaki, Ranu Tompe terkenal sebagai tempat yang angker. Maklum sajalah, tempat itu tidak pernah terjamah oleh manusia. Tim TNBTS pun telah melakukan ekspedisi ke Ranu Tompe, dan berdasarkan cerita yang saya dengar, perjalanan kesana membutuhkan waktu 3 hari. Tim TNBTS juga telah mendapat citra satelit tentang Ranu Tompe ini. Anehnya, TNBTS melarang para pendaki untuk menjamah tempat tersebut karena berada pada zona inti dan merupakan kawasan yang dilindungi, namun TNBTS malah melakukan blunder dengan mempublikasikan temuannya ke media massa. Bahkan website National Geographic Indonesia juga sudah memposting mengenai hal ini di http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/11/danau-yang-tak-terjamah-ditemukan-di-kaki-semeru. Ngomong-ngomong, makin keren aja nih Semeru. Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Kuning, Ranu Tompe kayaknya sih hasil letusan Gunung Semeru ratusan tahun yang lalu. Di sebelah selatan juga ada Ranu Darungan. Di Klakah ada Ranu Klakah, Ranu Bedali, dan Ranu Pakis. Jadi kayaknya Lumajang pantes dapat sebutan sebagai kota Ranu nih.
Sejumlah anggota tim Ekspedisi Eksplorasi Ekologi Ranu Tompe Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang mengunjungi danau ini untuk pertama kalinya (8/10). Danau seluas 0,7 hektare ini baru ditemukan oleh tim ekspedisi TNBTS dan TEMPO. TEMPO



Ranu Kumbolo (Day 3)


Di hari ketiga ekspedisi Ranu Kumbolo ini, adalah saat-saat menyedihkan dan membahagiakan bagi saya. Kenapa menyedihkan? Karna saya udah 2 hari belum BAB, *eh itu aib ding* Ya karna hari ini aku bakalan meninggalkan salah satu tempat paling indah di Bumi ini. Dan kenapa menyenangkan?? Karna, di hari ketiga bertepatan dengan hari dimana usiaku telah bertambah, today is my birhtday!! (Masa hidupnya berkurang kok malah seneng, kudunya sedih -_-)  Senang rasanya bisa merayakan ulang tahun di tempat yang terindah dan paling dibanggakan oleh kotaku Lumajang.

Sunrise terakhir yang kami lihat sebelum kembali keperadaban, seolah memberikan kehangatan (jangan bayangin hangatnya ompol ya) yang seakan mencegah kami untuk melangkahkan kaki menuruni gunung ini. Puas menikmati sunrise yang selalu indah, kembali ke tugas masing-masing sesuai gender, yap yg cowok bongkar tenda, yg cewek masak "RAME-RAME". Nasib jadi cowok, selalu kedapatan kerjaan kuli.

Sarapan rampung, tenda juga udah terbungkus dengan baik di dalam tas,saatnya say goodbye kepada Ranu Kumbolo. Sepanjang perjalanan pulang pun, mataku masih saja menatap indahnya Ranu Kumbolo.
Sewaktu perjalanan pulang


Foto terakhir di Ranu Kumbolo
Ketemu orang Rusia di jalan pulang
Kami kembali melewati jalur pendakian yang ekstrem kemarin, tapi karna ini turun gunung, jadi ya jalannya gak begitu terasa berat karna emang jalannya menurun. Perjalanan pulang kami tempuh selama 3,5 jam. Turun pada pukul 9.30 dan sampai di Ranu Pani jam 13.00. Kami baru turun ke Senduro jam 2 siang dan menempuh perjalanan selama 2 jam menggunakan motor-motor kita yang tangguh. Akhirnya kita sampai di Lumajang dengan selamat serta berpisah meninggalkan berbagai kenangan yang mungkin tak akan terlupakan. END.



Copyright © 2012 Corat Coret TanahTemplate by : UrangkuraiPowered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.